Senin, 07 Januari 2013

Sejarah Singkat Bandar Udara Fatmawati Soekarno, Bengkulu





Bandar Udara ini mulai dibangun pada tahun 1944 oleh pemerintahan pendudukan Jepang untuk kepentingan pertahanan udara dalam Perang Dunia ke-II. Pembangunannya dilaksanakan secara kerja paksa dengan mengerahkan rakyat di sekitar Bengkulu serta mendatangkan tenaga dari pulau jawa yang kesemuanya dibayar sekitar 50 sen Jepang perhari.

Terletak di desa Pekan Sabtu kecamatan Selebar kotamadya Bengkulu pada koordinat 03° 51’ 40” S dan 102° 20’ 22” E. Landasan yang dibangun saat itu 1100 m x 30 m konstruksi tanah yang didatarkan dengan permukaan ditanami rumput, disamping Run Way, Jepang juga membuat bungker tempat menyimpan pesawat dan bahan bakar berupa petak gundukan tanah persegi empat pada sisi ujung Run Way 13 yang masih tersisa bekasnya hingga saat ini.

Arah Run Way ditentukan Jepang sejajar dengan desa/pemukiman penduduk pada semak belukar yang konon katanya terdapat pohon kemiri besar, dalam bahasa setempat kemiri adalah kemiling dimana pada perkembangan selanjutnya Bandar Udara ini dinamakan Bandar Udara Padang Kemiling.

Setelah Jepang menyerah kalah, lapangan terbang tersebut dibawah pengawasan oleh AURI dan bersama rakyat dibuat rintangan dengan kayu besar dan menanam pohon dilapangan terbang untuk mencegah pendaratan pesawat Belanda.

Kemudian pada masa pendudukan Belanda (Agresi ke-II) lapangan terbang Padang Kemiling ditata kembali dan dibersihkan dari rintangan-rintangan untuk kepentingan mereka. Namun tak lama kemudian, ketika  Belanda menyerah pada tahun 1949 lapangan terbang Padang Kemiling diambil alih kembali dibawah pengawasan AURI.

Tahun 1952 Djawatan Penerbang sipil membuat Taxiway dan Apron dengan konstruksi lapisan rumput, sehingga lapangan terbang yang semula hanya didarati pesawat Dakota (DC-3/C-47) dapat ditingkatkan didarati F-27 (Fokker 27) dengan pembatasan.

Untuk melengkapi fasilitas lapangan terbang saat itu, maka pada tahun 1960 dibangun terminal penumpang dan ruangan kantor secara sederhana seluas 540 m².

Tahun 1974/1975 melalui Inpres Nomor : 2/1973 dilaksanakan pembangunan landasan dengan panjang 1.800 m dan lebar 30 m agar dapat didarati pesawat jenis Foker-27 tanpa pembatasan (Full Capacity).



Tahun 1982/1983 dilakukan peningkatan kemampuan terhadap landasan pacu (over lay) sehingga mampu didarati oleh pesawat jenis Fokker-28 dengan pembatasan.
Selanjutnya pada tahun 1991/1992 landasan di overlay kembali dan mampu didarati oleh pesawat Fokker-28 dengan kapasitas penuh.

Seiring dengan peningkatan permintaan jasa angkutan udara dari dan ke Bengkulu serta untuk mengantisipasi kebutuhan penggunaan pesawat berbadan lebar, maka mulai tahun 1996/1997 dilakukan perpanjangan landasan dari 1.800 m menjadi 1.900 m serta pengembangan gedung terminal.

Untuk meningkatkan pelayanan dan kenyamanan pengguna jasa diprogramkan pengembangan gedung terminal seluas 3.324 m² yang pembangunannya dilakukan secara bertahap sejak tahun 1999. Dalam tahun 2001 pembangunan gedung terminal ini dapat direalisasikan mencapai 1.776 m². Dilanjutkan pengembangannya menjadi 2.180 m² selesai tahun 2002. Diusulkan pada tahun 2006 untuk diselesaikan menjadi 100 % sehingga diharapkan gedung terminal mencapai sesuai rencana semula menjadi 3.224 m².

Sebagai kelanjutan dari program perpanjangan landasan, pada tahun 2001 dilaksanakan pengukuran tanah dalam rangka perpanjangan landasan dari 1.900 m menjadi 2.250 m agar dapat didarati pesawat jenis Boeing 737. Pada tanggal 6 Januari 2004, Menteri Perhubungan Bapak Agum Gumelar meresmikan penggunaan landasan pacu menjadi 2.250 m dan lebar 30 M. Pada tahun Anggaran 2006 landasan pacu diperlebar menjadi 45 M. Sehingga sekarang Runway Bandara Fatmawati Soekarno sudah berukuran 2.250 M x 45 M sudah mampu untuk didarati oleh semua ukuran Boeing 737.

Seiring dengan berbagai upaya peningkatan dan pengembangan Bandar Udara diatas, muncul pula aspirasi dari masyarakat agar nama Bandar Udara ini mengabdikan nama salah satu tokoh pahlawan nasional kelahiran Bengkulu yakni Ibu Fatmawati (istri Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno).

Dengan keputusan DPRD Propinsi Bengkulu Nomor : 13/KPTS/DPRD-I/2001 tanggal 20 Juni 2001 disetujui perubahan nama Bandar Udara Padang Kemiling menjadi Bandar Udara Fatmawati Soekarno. Gubernur Bengkulu dengan surat Nomor : 551/910/I/B tanggal 21 Juni 2001 mengusulkan kepada Menteri Perhubungan untuk menetapkan perubahan nama tersebut dan dengan Keputusan Menteri No.185 Tahun 2001 secara resmi Bandar Udara Padang Kemiling berganti nama menjadi Bandar Udara Fatmawati Soekarno. Dan diresmikan penggunaan nama Bandar Udara Fatmawati Soekarno tersebut oleh Presiden Republik Indonesia “ Megawati Soekarno Putri” pada tanggal 14 November 2004 yang merupakan putri kandung Ibu Hj. Fatmawati Soekarno. (Sumber : Tata Usaha Bandar Udara Fatmawati, Bengkulu).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar